Jangan terlalu lengkap memasang profil diri dan foto di Facebook!
Jangan terlalu gampang berteman di Facebook! Waduh, seruan tersebut
tentunya tidak terlalu populer, atau cenderung diabaikan para
Facebooker.
Ya memang, karena dengan bergesernya konsep dan ide sebuah
pertemanan, maka tak apalah pada kenyataannya kita hanya punya
segelintir teman di dunia nyata sepanj
ang punya berjibun (ratusan, ribuan) teman di situs jejaring sosial.
Seolah-olah dengan demikian keeksisan Anda adalah seberapa banyak
teman yang dimiliki. Padahal dengan semakin banyak teman, yang kadang
hanya teman sekadar kenal atau bahkan tak ingat lagi siapa dia atau
bertemu dimana, maka semakin rentan terekspos data diri kita ke
pihak-pihak di luar kontrol kita.
Salah satu contoh kasus yang mengingatkan kita akan bahaya bergaul
sembarangan di Facebook adalah peristiwa hilangnya seorang remaja
bernama Marietta Nova Triani (14). Setelah sempat membuat uring-uringan
keluarganya yang merasa kehilangan, ternyata Nova kabur dengan
pacarnya Febriani alias Ari (18) yang dikenal melalui Facebook.
Nova yang berasal dari Sidoarjo dibawa kabur pacarnya saat Nova
bertamu di perumahan BSD, sejak tanggal 6 Februari 2010 lalu. Nova dan
Ari ditemukan polisi di Jatiuwung, Tangerang.
Mungkin Nova hanya satu dari sekian korban pergaulan ‘kebablasan’
yang bermula dari perkenalan di Facebook. Nah, agar kita tidak menjadi
korban berikutnya maka ada baiknya langkah-langkah pencegahan berikut
ini bisa dijalankan ketika di dunia Facebook:
1). Jangan terlalu lengkap memasang profil atau data diri di
Facebook. Tentunya semakin lengkap profil/data diri terpasang, semakin
mudah mendapatkan teman. Tetapi di sisi lain, semakin berisiko pula
data diri kita disalah-gunakan (abused)
2). Jangan memasang foto-foto diri Anda yang sekiranya Anda sendiri
tidak akan merasa nyaman apabila foto tersebut tersebarluaskan secara
bebas. Ingatlah, walau foto tersebut “hanya” diposting di akun Facebook
Anda, sebenarnya itu sama saja dengan menyebarlukaskan foto tersebut
ke publik. Sekali terposting dan tersebar, maka sangat sulit (dan
nyaris mustahil) Anda bisa mencabut foto Anda dari Internet. Maka,
selektiflah dalam berpose dan memposting foto Anda.
3). Jangan sembarangan ‘add friend’ atau melakukan approval atas
permintaan seseorang untuk menjadi teman Anda. Cara memilah dan
memilihnya mudah, yaitu lihat saja berapa jumlah “mutual friends”
antara Anda dengan seseorang tersebut. Semakin sedikit “mutual
friends”-nya, berarti semakin sedikit teman-teman Anda yang kenal dengan
dirinya, yang berarti semakin berisiko tinggi. Pastikan Anda hanya
menerima “pertemanan” yang “mutual friends”-nya cukup banyak.
4). Jangan sembarangan menerima tag photo. Bolehlah kita “banci
tagging”, tetapi berupayalah lebih selektif. Artinya, sekali Anda terjun
ke Facebook, rajin-rajinlah memeriksa “keadaan sekeliling”. Karena
kita kadang menemukan foto diri kita yang di-upload dan di-tag oleh
orang lain, padahal kita tidak suka foto tersebut disebarluaskan.
Segera saja kita “untag” diri kita dari foto tersebut dan kalau perlu
minta teman kita yang melakukan upload foto tersebut untuk mencabutnya.
5). Jangan tunda-tunda, ketika Anda menemukan data atau profil Anda
digunakan oleh pihak lain untuk hal-hal di luar kontrol Anda,
segeralah bertindak. Membiarkannya, justru akan membuatnya makin
berlarut dan berdampak destruktif, setidaknya untuk kenyamanan diri
sendiri. Laporkan langsung ke pengelola layanan untuk segera mencabut
informasi aspal (asli tapi palsu) tersebut. Atau, mintalah bantuan pada
orang atau pihak yang sekiranya bisa atau paham bagaimana mengatasi
hal di atas.
6). Jangan mudah termakan bujuk rayu orang yang baru Anda kenal di
Facebook. Karena perlu Anda ingat bahwa seringkali orang menyamarkan
identitas aslinya di dunia maya. Apa yang tampak di dunia maya seperti
Facebook belum tentu cerminan asli perilaku diri di dunia nyata. Bisa
jadi orang yang tampak baik, sopan di Facebook ternyata memiliki watak
sebaliknya di dunia nyata. Oleh karena itu sebaiknya berhati-hati dengan
teman yang baru dikenal di dunia maya.
*) Penulis, Donny B.U., adalah penggiat kampanye “Be Wise While Online” dalam program Internet Sehat – ICT Watch